"Kamu dari mana saja Bowo?" Kalimat tanya
itu langsung dilemparkan ke arah Bowo ketika dia baru saja menutup pintu masuk
rumahnya yang bergaya modern minimalis.
Di ruang tengah, seseorang selalu
menanyakan hal yang sama setiap Bowo pulang.
Dia adalah Hilma Rose, panggilannya
tante Rossy, mamahnya Bowo. Mungkin tidak ada yang menyangka kalau tante Rossy
dulu mirip banget sama Wulan Guritno. Tapi itu dulu, sekarang semenjak dia
melahirkan Bowo, berat badan tante Rossy tidak pernah kembali normal.
"Hmm... Bowo dari," Bowo tiba-tiba diam. Dia
berfikir sesaat. Dan kemudian meneruskan kalimatnya.
"Biasa, dari kampus, habis bimbingan proposal
skripsi. Tungguin dosennya datang lama banget tadi. Btw, ada
gosip hangat apalagi nih, Mah?" lanjut Bowo sambil dia menghentakkan
badannya di sofa.
"Ini, si Dewi Persik lagi pamer mobil sport mewah barunya. Katanya sih dikasih oleh pengusaha kaya sebagai hadiah, tapi mamah yakin pengusaha itu ada maunya sama Dewi persik, harga mobil itu kan mahal..." jawab mamahnya Bowo penuh antusias menceritakan gosip yang baru saja di tontonnya.
Briliant. Bowo tahu benar cara mengalihkan pertanyaan
yang kali ini tidak mau dijawabnya blak-blakan.
“Ya, semahal-mahalnya mobil itu, bagi pengusaha kaya raya sih itu urusan kecil. Mah...” kata Bowo ngelindur.
“Ya, semahal-mahalnya mobil itu, bagi pengusaha kaya raya sih itu urusan kecil. Mah...” kata Bowo ngelindur.
Bak seeokor burung elang yang sedang mengincar mangsanya. Tidak lama kemudian tante Rossy, mamahnya Bowo,
melirik dengan sorotan mata yang tajam ke seseorang yang lagi asik baca koran.
Dia adalah Om Hari Subowo, Papahnya Bowo, seorang
pebisnis sukses dibidang properti.
“Kamu tidak seperti pengusaha mata keranjang itu kan,
Pah?” tanya mamah Bowo kepo.
“Ya, mana mungkin papah tega selingkuh. Mamah tetap
yang tercantik di rumah ini...” jawab Papahnya Bowo sambil matanya tetap fokus membaca
koran. Menurutnya berita di koran lebih layak dibaca dibandingkan ikut menonton
acara gosip.
“Oh, jadi kalau di luar rumah, mamah bukan yang
tercantik ya Pah?” tanya Bowo ikut-ikutan.
"Tuh kan..." kata mamah Bowo memasang
ekspresi muka cemberut. Mulutnya langsung mengerucut seperti corongan minyak
sayur di pasar.
"Jadi mamah lebih dengerin kata-katanya Bowo?"
"Jelas dong, Bowo itu anak satu-satunya kita,
Pah. Mau percaya omongan siapa lagi coba di rumah ini? Imah, pembantu kita? Atau
Darmin sopir papah yang norak itu?"
"Tuhkan, lihat mamahmu Bowo, ini semua gara-gara
kamu tau...!"
Bowo tersenyum.
"Keluarga ini memang sedikit aneh, tapi itulah keluarga Subowo, selalu
meributkan hal-hal yang tidak penting..." kata Bowo dalam hati melihat tingkah
laku Papah dan Mamahnya yang seperti anak kecil memperebutkan permen lollypop.
"Sudah ah, Bowo capek. Bowo ke kamar duluan ya..."
[...]
menjanjikan...
BalasHapus